Ribuan cacing tanah ukuran besar
muncul dari dalam tanah di daerah Pasar Gede, Solo Sabtu (18/4/2020) sekitar
pukul 05.30 WIB. Video soal cacing ini menyebar luas di publik.
Seperti diberitakan Tugu Jogja,
banyak yang bertanya-tanya mengapa cacing itu keluar dari tanah. Adakah
penyebabnya?
Isu-isu liar bermunculan seperti
mengaitkan dengan akan datangnya gempa.
Menanggapi soal cacing di Solo
itu, Ahli Gempa Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dr Daryono
angkat bicara.
Menurut dia, isu kemunculan
cacing yang dikaitkan dengan akan terjadinya gempa bukan tak berdasar. Beberapa
peristiwa gempa merusak di dunia diantaranya memang diawali adanya gejala
alamiah berupa kemunculan cacing tanah secara massal.
Di Taiwan, kemunculan cacing
tanah dilaporkan pada 10 hari menjelang terjadinya gempa Chi Chi 1999. Kemudian
pada peristiwa gempa Haicheng, China 1975, beberapa hari sebelumnya juga
dilaporkan adanya kemunculan cacing tanah yang sangat banyak ke permukaan
tanah.
"Beberapa sumber pustaka
lain juga mengungkap fenomena kemunculan cacing tanah menjelang gempa seperti
kajian Chen dkk. (2000), Rikitake (1979), Whitehead dan Ulusoy (2013), dan Liso
dan Fidani (2014)," beber Daryono, Minggu (19/4).
Menurut dia, kemunculan cacing
tanah di permukaan menjelang gempa terkait anomali gelombang elektromagnetik
frekuensi rendah. Munculnya anomali ini dilaporkan terjadi beberapa hari
sebelum gempa bumi.
Dalam sebuah penelitian yang
mengkaji hubungan antara aktivitas cacing tanah dan kelistrikan, Ikeya dkk.
(1996) menempatkan beberapa elektroda yang dialiri arus listrik pada permukaan
tanah yang banyak terdapat cacing tanah. Sejumlah cacing ternyata merespon
anomali kelistrikan ini dengan keluar dari dalam tanah secara hampir
bersamaan.
Namun demikian, masyarakat tak
perlu khawatir, berdasarkan laporan kemunculan cacing yang terjadi di berbagai tempat
di dunia menjelang gempa besar, ternyata selalu didukung data perilaku gejala
alamiah tak lazim lainnya, seperti kemunculan ular di beberapa tempat, anjing
yang terus menggonggong bersahutan, dan ikan yang melompat-lompat di kolam.
"Selain perilaku aneh
binatang menjelang gempa, para ilmuwan juga menandai adanya anomali prekursor
gempa. Prekursor gempa adalah sebuah anomali kondisi lingkungan fisis yang
menjadi petunjuk akan terjadinya gempa," urai dia.
Prekursor dapat berupa anomali
permukaan tanah, elevasi muka airtanah, dan emisi radon yang terjadi
berbarengan. Radon merupakan unsur radioaktif, gas radon dipercaya akan keluar
ketika batuan akan melepaskan stresnya, sehingga radon menjadi parameter penting
dalam prekursor gempa bumi.
"Sehingga dalam hal ini,
munculnya cacing di beberapa tempat di Solo Jawa Tengah akhir-akhir ini
tampaknya belum dapat dikatakan sebagai petunjuk akan terjadi gempa. Fenomena
cacing di daerah tersebut berdiri sendiri, tidak didukung bukti-bukti alamiah
lain beserta data anomali prekursornya," ungkapnya.
Karena itu, jika tidak ada data
dukung penguat lainnya maka munculnya cacing secara massal ke permukaan diduga
diakibatkan perubahan kondisi cuaca, iklim, dan lingkungan yang mendadak,
termasuk kemungkinan terpapar bahan kimia seperti disinfektan dan lainnya.
"Namun demikian karena
wilayah kita memang rawan gempa sebaiknya kita selalu waspada, mengingat
peristiwa gempa kuat dapat terjadi kapan saja, di mana saja, dan belum dapat
diprediksi," tutupnya.
Sumber terkait : kumparan.com
No comments:
Post a Comment