"Kesempatan baik ," pikir pemuda itu seraya masuk ke dalam mobil. "Aku harus menciumnya." Saat di dalam mobil, mulailah rayuan gombal si pemuda. "bibir kamu tuh mungil dan indah" rayu pemuda. Si pemudi pun hanya menunduk dan teripu malu. Lalu sipemuda makin nekat, melihat lawanya mulai teler. "Dik, elu kan tau gue cuman cinte ame elu doang" rayu si pemuda. Sekali lagi si pemudi hanya menunduk malu. "Boleh nggak abang cium bibir adik yang mungil?" dengan nekat si pemuda mulai menjalankan strategi buayanya. Si pemudi hany6a menunduk dan tersipu-sipu malu. Melihat tidak ada jawaban dan reaksi dari si pemudi, pemud semakin yakin dengan tiundakannya dan merayu kembali.
"Dik, eh..... boleh nggak abang..... eh cium bibir adik yang mungil? si pemudi masih dalam posisi menuduk dan tersipu_sipu dengan pipi merona. Tidak tahan dengan gejolak jiwanya, si pemuda duduk semakin mendekat dengan suara mendesah kembali bertanya. "Adikku yang cantik, bolehkah abang ......." Belum sempat selesai berbicara, tiba-tiba "plak....!" Sebuah tamparan mendarat di pipi si pemuda. Si pemudi pergi ke luar meniggalkan mobil seraya berkata, "Payah pemuda zaman sekarang, banyakkan bertanya dari pada kerjanya. Dari tadi tanya melulu!"
Si pemudi pun hanya bengong merenung nasib.
No comments:
Post a Comment